MAKALAH
“ADAPTASI PSIKOLOGI IBU DALAM MASA NIFAS”
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Amaliah
Asma
Desi
Nathalea Palimbong
Fatirah
Hidayah
Hasnaeni
Herni
|
Irmawati
Lisdayani
Novia
Selfiana
Resky
Amelia Putri
Salmatang
Sitti
Fatimang
|
Kelas : 2B
AKBID PRIMA SENGKANG
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Tugas ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Adaptasi Psikologi Ibu dalam Masa
Nifas”, yang disajikan berdasarkan
referensi dari berbagai sumber.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini
kurang dari sempurna, untuk itu penyusun
sangat mengharapkan kritik
dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman-teman atau
pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, dan semoga dengan
adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah
untuk semuanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Sengkang, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C. Tujuan........................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses Adaptasi Psikologi Ibu dalam
Masa Nifas........................................................ 3
B. Gangguan Psikologi pada Masa Nifas.......................................................................... 5
C. Cara Mencegah dan Menangani Gangguan
Psikologi pada Masa Nifas...................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 14
B. Saran............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai
setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8
minggu. Secara
psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik.
Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan
psikologi yang
dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal tentang hal yang
lebih lanjut.
Wanita banyak mengalami perubahan
emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Ibu biasanya
akan mengalami atau merasakan hal-hal yang baru setelah melahirkan. Beberapa
ibu setelah melahirkan akan mengalami masa–masa sulit, ibu akan terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya.
Ibu akan mulai beradaptasi dengan hal yang baru seperti adanya bayi.
Penting sekali sebagian bidan untuk
mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai
apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu
variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum
terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama
setelah melahirkan, banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik,
terutama gejala depresi diri ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus
traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur
perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat
perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran
mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau
dengan pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli
penyakit jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah
persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial
pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan adalah “awal
keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya.
Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif
bagi ibu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas?
2.
Apa saja gangguan psikologi pada masa nifas?
3.
Bagaimana cara mencegah dan menangani gangguan psikologi pada
masa nifas?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas.
2.
Untuk mengetahui gangguan psikologi pada masa nifas.
3.
Untuk mengetahui cara mencegah dan menangani gangguan psikologi pada masa nifas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Proses
Adaptasi Psikologi Ibu dalam
Masa Nifas
Proses adaptasi psikologi sudah
terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan.
Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman
yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang
rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Tanggung jawab ibu mulai
bertambah. Perubahan mood seperti sering
menangis, lekas marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang
merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara
satu ibu dengan yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi
yang dikandungnya sebagai bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur
dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar lagi
akan dijalani. Perubahan tubuh yang biasanya terjadi juga dapat mempengaruhi
kondisi psikologis ibu.
Menjelang proses
kelahiran, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Gambaran tentang proses
persalinan yang diceritakan orang lain dapat menambah kegelisahannya. Kehadiran
suami dan keluarga yang menemani selama proses berlangsung merupakan dukungan
yang tidak ternilai harganya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan
tersebut.
Setelah persalinan
yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa nifas juga merupakan
salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi
yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk
menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in
pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumpahkan segala kasih sayang kepada
bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja,
tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, sehingga kasih sayang
ibu dapat terus terjaga.
Perubahan peran
seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah
dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Periode masa
nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pasca persalinan, terutama
pada ibu primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam
beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Fungsi
yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
2. Respon
dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3. Riwayat
pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4. Harapan,
keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan juga melahirkan.
Periode ini diekspresikan oleh Reva
Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini.
1. Taking
in period
Fase taking in
yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung
1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang
lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan
dan persalinan yang dialami. Ibu akan
berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai
akhir. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules,
nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak
dapat dihindari.
2. Taking
hold period
Periode yang berlangsung
antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya
terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif seperti mudah tersinggung dan gampang marah,
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu. Kita perlu
berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan
untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
3. Letting
go period
Periode yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung
jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat
bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama
masa nifas adalah sebagai berikut.
1. Fisik
Istirahat, memakan makanan bergizi,
sering menghirup udara yang segar, dan lingkungan yang bersih.
2. Psikologi
Stres setelah persalinan dapat
segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga yang menunjukkan rasa simpati,
mengakui, dan menghargai ibu.
3. Sosial
Menemani ibu bila terlihat
kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan memerhatikan kebahagiaan ibu,
serta menghibur bila ibu terlihat sedih.
4. Psikososial
B. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
§
Post Partum Blues
Post partum blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama pasca persalinan atau merupakan kesedihan atau kemurungan
pascapersalinan, yang biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar 2
hari – 2 minggu sejak kelahiran bayi. Biasanya disebabkan oleh perubahan perasaan yang
dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan
perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain
itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan
kehamilan. Gejala-gejalanya sebagai berikut :
1. Cemas tanpa sebab.
2.
Reaksi
depresi/sedih/ disforia.
3.
Menangis tanpa sebab.
4.
Tidak sabar.
5.
Tidak percaya diri.
6.
Sensitif, cepat marah dan mudah
tersinggung (iriabilitas).
7.
Merasa kurang menyayangi bayinya.
8.
Mood mudah
berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira.
9.
Perasaan
terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya.
10.
Cenderung
menyalahkan diri sendiri.
11.
Gangguan
tidur dan gangguan nafsu makan.
12.
Kelelahan.
13.
Sangat
pelupa.
Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum blues adalah sebagai
berikut:
1. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen progesterone,
prolaktin, serta estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara tajam
setelah melahirkan dan ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
non-adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
2.
Ketidaknyaman fisik yang
dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita pasca melahirkan
misalnya,
rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak pada payudara.
3.
Ketidakmampuan beradaptasi
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, seperti perubahan fisik dan emosional yang kompleks.
4.
Faktor umur dan paritas (jumlah anak).
5.
Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinannya.
6.
Latar belakang psikososial
wanita tersebut misalnya, tingkat pendidikan, kehamilan yang tidak diinginkan, status
perkawinan, atau riwayat gangguan jiwa pada wanita tersebut.
7.
Dukungan yang diberikan dari lingkungan,
misalnya dari suami, orang tua dan keluarga.
8.
Stres dalam
keluarga misalnya, faktor ekonomi memburuk, persoalan dengan suami, problem
dengan mertua atau orang tua.
9.
Stres yang dialami oleh wanita
itu sendiri misalnya, karena belum bisa menyusui bayinya atau ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, rasa bosan terhadap rutinitas barunya.
10.
Kelelahan pasca melahirkan.
11.
Ketidaksiapan terhadap
perubahan peran yang dialami ibu dan
adanya rasa cemas terhadap kemampuan merawat bayi
12.
Rasa memiliki bayinya yang
terlalu dalam, sehingga timbul rasa takut yang berlebihan akan kehilangan bayinya.
13.
Problem anak
setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya,
sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional ibu.
§
Post Partum Depression/Neurosa Post Partum
Depresi post
partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu baru akan
merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa serba kurang mampu, tertindih oleh
beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan
apapuan untuk menghilangakan perasaan itu. Depresi post partum dapat
berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih
berat atau lebih ringan. Gejalanya sama saja tetapi di samping itu, ibu mungkin
terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu.
Walaupun banyak wanita yang mengalami depresi post
partum segera setelah melahirkan, namun beberapa wanita tidak merasakan tanda
depresi sampai beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Depresi dapat saja
terjadi dalam kurun waktu enam bulan berikutnya. Depresi post partum mungkin
saja berkembang menjadi post partum psikosis, walaupun jarang terjadi.
Keluhan dan gejala depresi postpartum
tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi lainnya. Gejala-gejala yang mungkin
diperlihatkan pada penderita depresi post partum adalah sebagai berikut :
1. Perasaan
sedih dan kecewa.
2. Sering
menangis.
3. Merasa
gelisah dan cemas.
4. Kehilangan
ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan dan sukar konsentrasi.
5. Nafsu
makan menurun.
6. Kehilangan
energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
7. Phobia, rasa takut yang
irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangakan (paranoid).
8. Tidak
bisa tidur (insomnia) dan terkadang
mimpi buruk.
9. Perasaan
bersalah dan putus harapan (hopeless),
hingga pikiran mau bunuh diri.
10. Penurunan
atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
11. Memperlihatkan
penurunan keinginan untuk mengurus bayinya
dan terkadang ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
Faktor terjadinya
depresi post partum diantaranya adalah, kurangnya dukungan sosial
dan dukungan keluarga serta teman, kekhawatiran akan bayi yang
sebetulnya sehat, kesulitan selama persalinan dan melahirkan, merasa terasing, masalah/perselisihan
perkawinan atau keuangan, kehamilan yang tidak
diinginkan. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya neurosa post partum, antara lain :
1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi post partum sebagai
akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon
tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
2.
Faktor umur. Sebagian besar
masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seorang perempuan untuk
melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode
yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan
mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
3.
Faktor pengalaman. Depresi
pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan pada primipara, mengingat bahwa
peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi
yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
4.
Faktor pendidikan. Perempuan
yang berpendidikan tinggi, menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara
tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan
aktifitasnya diluar rumah dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan
orang tua dari anak-anak mereka.
5.
Faktor selama proses
persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang
digunakan selama proses pesalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang
ditimbulkan pada saat persalinan maka akan semakin besar pula trauma psikis
yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi
pasca persalinan.
6.
Faktor dukungan sosial.
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan, dan pasca
persalinan, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
§
Psikosis Post Partum (Post Partum Psychosis)
Insiden terjadinya psikosis port partum adalah 1-2
per 1000 kelahiran. Pada kasus tersebut sebaiknya ibu dirawat karena dapat
menampakkan gejala yang membahayakan seperti, menyakiti diri sendiri atau
bayinya. Hal tersebut merupakan penyakit yang sangat
serius dan merupakan depresi yang
paling berat, bahkan bisa sampai membunuh anak-anaknya.
Gejala psikosis port partum,
diantaranya :
1. Gangguan tidur.
2.
Gaya bicara
yang keras dan cepat marah.
3.
Inkoheren (berbicaranya kacau).
4.
Menarik diri
dari pergaulan.
5.
Pikiran obsesif (pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang).
6.
Impulsif (bertindak diluar
kesadaran).
7.
Curiga berlebihan.
8.
Delusi dan
halusinasi.
9.
kebingungan.
10.
Sulit konsentrasi.
Faktor pemicu psikosis post partum, antara lain :
1. Faktor keturunan atau adanya riwayat keluarga
menderita kelainan psikiatri.
2.
Riwayat
penyakit dahulu menderita penyakit psikiatri.
3.
Adanya
masalah keluarga dan perkawinan
4.
Faktor sosial kultural (dukungan
suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik)
5.
Faktor obstetrik dan ginekologik
(kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi)
6.
Faktor psikososial (adanya
stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami depresi, penyakit
mental, problem emosional, dll)
7.
Karakter personal seperti harga
diri yang rendah.
8.
Perubahan hormonal yang cepat.
9.
Masalah medis dalam kehamilan
(pre eklampsia, DM).
10.
Marital disfungsion atau ketidak
mampuan membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya
dukungan.
11.
Unwanted pregnancy atau kehamilan
tidak di inginkan
12.
Merasa terisolasi dan adanya ketakutan
akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.
C.
Cara
Mencegah
dan Menangani Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
a.
Pencegahan
Beberapa intervensi berikut dapat
membantu seorang wanita terbebas dari ancaman depresi setelah melahirkan.
·
Pelajari Diri Sendiri
Pelajari dan mencari informasi
mengenai depresi post partum, sehingga ibu
dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila
terjadi, maka ibu
akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
·
Tidur dan Makan yang
Cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk
kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup.
Keduanya penting selama periode post partum dan kehamilan.
·
Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk
mengurangi depresi post partum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan
berjalan setiap hari, sehingga membuat ibu
merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam dirinya.
·
Hindari Perubahan Hidup
Sebelum atau Sesudah Melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat
keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah
melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga
dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan depresi post partum yang diderita.
·
Beritahukan Perasaan Ibu
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan
perasaan yang ibu
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu.
Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera
beritahukan kepada pasangan atau orang terdekat.
·
Dukungan Keluarga dan
Orang Lain Diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang
yang ibu cintai selama
melahirkan sangat diperlukan. Ceritakan kepada pasangan atau orang tua, atau
siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri, bahwa
mereka akan selalu berada di sisi ibu
setiap mengalami kesulitan.
·
Persiapkan Diri dengan
Baik
Persiapan sebelum melahirkan
sangatlah diperlukan. Ikutlah kelas senam hamil yang sangat membantu serta buku
atau artikel lainnya yang ibu perlukan.
Kelas senam hamil akan sangat membantu ibu
dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya ibu tidak akan terkejut setelah
keluar dari kamar bersalin. Jika ibu
tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat
dihindari.
·
Lakukan Pekerjaan Rumah
Tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya
dapat membantu ibu
melupakan gejolak perasaan yang terjadi selama periode post partum. Kondisi ibu yang belum stabil bisa
dicurahkan dengan memasak
atau membersihkan rumah.
·
Dukungan Emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan
juga keluarga akan membantu ibu
dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana
perasaan serta perubahan kehidupan yang
ibu alami, sehingga
ibu merasa lebih baik
setelahnya.
·
Dukungan Kelompok
Depresi Post Partum
Dukungan terbaik datang dari
orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan ibu. Carilah informasi
mengenai adanya kelompok depresi post partum yang bisa diikuti, sehingga ibu tidak merasa sendirian
menghadapi persoalan ini.
b.
Penanganan
Cara untuk menangani gangguan psikologi post
partum, antara lain :
·
Dengan cara pendekatan
terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien
dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1)
Mendorong pasien mampu
meredakan segala ketegangan emosi
2)
Dapat memahami dirinya
3)
Dapat mendukung
tindakan konstruktif
·
Dengan cara peningkatan suport mental/dukungan
keluarga kepada
ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih agar tidak merasa kehilangan
perhatian.
·
Minta bantuan suami
atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
·
Beritahu suami mengenai
apa yang sedang dirasakan
ibu, mintalah dukungan dan pertolongannya.
·
Menyarankan ibu untuk
membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin
sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
·
Menyarankan ibu untuk
mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri
·
Menyarankan pada ibu
untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, berbagi cerita dengan
orang lain, bersikap
fleksibel, bergabung dengan
orang-orang baru.
·
Respon yang terbaik
dalam menangani kasus post partum depression
adalah kombinasi antara psikoterapi, dukungan
sosial, dan medikasi seperti anti depresan.
Suami dan anggota keluarga yang lain harus dilibatkan dalam tiap sesi
konseling, sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu
terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkannya.
·
Pada psikosis post
partum, penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian anti
depresan atau lithium dan perawatan di rumah sakit, serta sebaiknya menyusui
dihentikan karena anti depresan disekresi melalui ASI.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas
menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga
terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga
tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu
nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
Dalam teori Reva Rubin membagi peiode
ini menjadi 3 bagian, yaitu periode taking in, periode talking hold dan teori
letting go. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang
tua pada saat post partum antara lain, respon dan dukungan keluarga dan teman,
hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi, dan
membesarkan anak yang lalu, serta pengaruh budaya.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya
bayi yang baru lahir, sehingga dalam
proses adaptasi masa nifas, ibu dapat mengalami gangguan
psikologi post partum diantaranya,
post partum blues, post partum depression, dan psikosis post
partum. Saat hal tersebut terjadi maka, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya maupun petugas kesehatan
merupakan dukungan positif bagi ibu.
B. Saran
Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri
sebelum melahirkan agar persiapan diri baik mental, fisik dan ekonomi lebih
matang supaya ibu dapat melakukan proses adaptasi tanpa gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi. Pada masa nifas, ibu juga harus sangat diperhatikan, baik
keluarga maupun bidan. Peran bidan sangatlah dibutuhkan ibu sebagai pembimbing dan
pemberi nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Suherni, dkk.2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Ambarawati, Eny Ratna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan
Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sunarsih, Tri dan Vivian
Nanny Lia Dewi. 2011.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar