MASALAH GIZI KURANG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji syukur
kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga,
tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Tugas ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Masalah Gizi Kurang”, yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai
sumber.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Gizi yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini
Penyusun menyadari bahwa makalah ini
kurang dari sempurna, untuk itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen
pembimbing maupun teman-teman atau pembaca agar makalah ini
dapat lebih sempurna..
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya dan
akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Sengkang, Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR
ISI................................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gizi Kurang........................................................................................... 3
B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya
Gizi Kurang.................................................. 3
C. Masalah Gizi Kurang yang Banyak
Terjadi di Indonesia................................... 5
D. Dampak yang Ditimbulkan Akibat
Gizi Kurang .................................................. 13
E.
Cara Mencegah dan Menanggulangi Masalah Gizi Kurang........................... 14
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................ 16
B. Saran........................................................................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu
masalah pokok kesehatan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah masalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat
yang disebabkan oleh gizi kurang. Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi
perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh
kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup di bawah
garis kemiskinan, separuh
dari total rumah tangga mengonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari,
lima juta balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk
berisiko terhadap berbagai masalah kurang gizi.
Menurut
Depkes RI (2006) masalah kurang gizi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan dapat
menjadi penyebab kematian terutama pada kelompok resiko tinggi (bayi dan
balita). Menurut Alan Berg (1986), gizi yang kurang mengakibatkan terpengaruhnya
perkembangan mental, perkembangan jasmani, dan produktifitas manusia karena
semua itu mempengaruhi potensi ekonomi manusia. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan yang penanggulangannya tidak
dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab
timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Walaupun telah banyak
dilakukan penyuluhan tentang masalah
kurang gizi namun masih banyak masyarakat yang mengalami masalah-masalah gizi. Oleh karena itu, penyusun berusaha mencari tahu berbagai
hal tentang masalah gizi kurang di Indonesia sebagaimana apa yang akan dibahas dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gizi kurang?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya gizi kurang?
3. Apa saja masalah gizi kurang yang banyak terjadi di
Indonesia?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat gizi kurang?
5. Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi masalah gizi
kurang?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian gizi kurang.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya gizi kurang.
3. Untuk
mengetahui masalah gizi kurang yang banyak
terjadi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat gizi
kurang.
5. Untuk mengetahui cara mencegah dan menanggulangi masalah
gizi kurang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Gizi Kurang
Gizi kurang adalah gangguan
kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan
kehidupan. Kekurangan zat gizi bersifat
ringan sampai dengan berat. Gizi kurang
menggambarkan kurangnya makanan yang dibutuhkan untuk memenuhi standar gizi.
Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami
kekurangan salah satu zat gizi atau di dalam tubuh (Almatsier, 2005). Gizi kurang juga berarti, suatu
kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalami
kekurangan nutrisi penting tertentu, gagal untuk memenuhi
tuntutan tubuh yang menyebabkan efek pada pertumbuhan, kesehatan fisik, suasana
hati, perilaku dan fungsi-fungsi lain dari tubuh. Dengan demikian menjadi
kekurangan gizi tidak selalu berarti bahwa orang kekurangan berat badan.
Masalah gizi kurang ini banyak dialami anak-anak
sejak masih dalam kandungan dan
fatalnya, masalah tersebut kadang sangat sulit diatasi
bahkan, tidak dapat diperbaiki ketika anak menjelang
dewasa. Golongan masyarakat yang
rentan terhadap gizi kurang adalah balita, ibu hamil dan menyusui.
B. Faktor-faktor Penyebab
Terjadinya Gizi Kurang
Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya gizi kurang, antara lain :
1. Pola makan atau asupan gizi yang
kurang dan pola hidup masyarakat.
2.
Faktor sosial budaya
Yang dimaksud
disini adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak.
Sehingga, banyak balita yang diberi
makan "sekadarnya" atau asal kenyang padahal miskin gizi. Masalah lainnya juga berupa pantangan untuk
menggunakan makanan tertentu yang mungkin memiliki nilai gizi tinggi namun, tidak
dikonsumsi karena sudah merupakan tradisi yang
turun-temurun sehingga, dapat
mempengaruhi terjadinya gizi kurang.
3.
Faktor
pendidikan
Kurang adanya
pengetahuan tentang pentingnya gizi dikalangan masyarakat yang pendidikannya
relatif rendah seperti, pengetahuan
orang tua
tentang pentingnya asupan makanan yang cukup nutrisi.
4.
Faktor ekonomi dan kepadatan penduduk
Kemiskinan keluarga dan penghasilan
yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi. Rendahnya pendapatan masyarakat dan laju pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan
bertambahnya
ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun bisa menjadi penyebab terjadinya gizi kurang.
ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun bisa menjadi penyebab terjadinya gizi kurang.
5.
Faktor infeksi dan penyakit lain
Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan gizi yang berpengaruh
pada tubuh. Faktor penyakit lain juga berpengaruh seperti,
TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
6.
Sanitasi Lingkungan
Keadaan
sanitasi lingkungan yang kurang baik dan sehat dapat
memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare,
kecacingan,dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak
menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu
yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi.
7.
Pola pengasuhan anak,
berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberikan makan, merawat, kebersihan memberi
kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik
dan mental), status gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan
dan sebagainya dari si ibu dan pengasuh lainnya.
8.
Bencana
alam, perang, kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat.
Banjir, tanah longsor, tsunami, letusan gunung berapi dan bencana alam lain
akan menghambat pemenuhan gizi di Indonesia. Bencana alam berpotensi menghalang
proses distribusi bahan makanan sehingga bahan pangan yang ada tidak
terdistribusi dengan baik.
9. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Berbagai kesulitan air bersih dan akses sarana pelayanan kesehatan
menyebabkan kurangnya jaminan bagi keluarga. Pokok masalah gizi di
masyarakat yaitu kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan
sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak
langsung. Hal ini dapat ditanggulangi dengan adanya berbagai kegiatan yang ada
di masyarakat seperti posyandu, pos kesehatan,dll.
C.
Masalah Gizi Kurang yang Banyak Terjadi di Indonesia
Situasi global, untuk kejadian luar
biasa, tingginya harga makanan akan meningkatkan jumlah anak yang kekurangan
gizi terutama di wilayah WHO yang melaporkan penemuan kasus kekurangan gizi.
Populasi di dunia 2008 yang diperkirakan beresiko terhadap kurang gizi mencapai
44.967 juta orang yang tinggal
di wilayah perkotaan dan pedesaan, yang merupakan penyebab utama kematian (WHO,
2008).
Sedangkan di Indonesia,
data susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang selalu menunjukkan peningkatan yaitu dari 12,66
% (2001), 14,28 % dan 14,33 % (2004) (Dinkes RI, 2004). Contoh masalah gizi kurang yang banyak terjadi di
Indonesia, antara lain :
1. KEP (Kekurangan Energi Protein) / PEM (Protein Energi Malnutrition)
Kekurangan energi protein adalah keadaan
kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Menurut Supariasa (2000) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
dan atau gangguan penyakit tertentu.
Anak balita merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang
tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan
kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Pada anak-anak KEP dapat
menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan
rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2003). Penyebab langsung dari
KEP adalah kekurangan kalori protein. (Sediaoetomo, 1999), masukan
makanan yang kurang dan penyakit atau kelainan yang diderita anak, misalnya
penyakit infeksi, malabsorbsi dan lain-lain. Penyebab tak langsung dari KEP
sangat banyak, sehingga disebut juga sebagai penyakit dengan kausa
multifaktorial (Sediaoetomo, 1999). Dapat juga karena penyerapan protein
terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada
proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar, dan gagal
mensintesis protein seperti pada keadaan penyakit hati kronik (Nelson, 1999).
Bentuk Kurang Energi Protein (KEP) pada dewasa
dibagi dalam dua bentuk yaitu Undernutrition (kurang zat gizi) dan Starvation (kelaparan) sedangkan, pada anak-anak
dalam bentuk PEM (Protein
Energi Malnutrition) menurut
Jelliffe mencakup seluruh
kelompok umur anak, dikelompokkan menjadi : PEM ringan, PEM
sedang dan PEM berat yang terdiri dari marasmus,
kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.
Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil
(bumil) dan ibu menyusui. KEP pada derajat
ringan dan sedang hanya menunjukkan gejala-gejala gizi kurang seperti, pertumbuhan
dan berat badan kurang, kondisi badan yang tampak kurus, ukuran
lingkar lengan menurun, aktivitas dan perhatian kurang namun, tidak banyak
ditemukan kelainan seperti, kelainan kulit dan rambut. Sedangkan, KEP pada derajat berat
(gizi buruk) yang dibedakan menjadi tiga tipe yaitu kwashiorkor, marasmus dan marasmus-kwashiorkor terdapat
gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas.
a. Marasmus
Marasmus adalah
kekurangan energi (kalori) pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh
terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada
bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya,
atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Gejala Klinis marasmus, antara lain :
·
Wajah seperti orang tua
·
Cengeng dan Rewel
·
Mata tidak bercahaya
·
Sering disertai penyakit infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)
·
Tampak sangat kurus (tulang
terbungkus kulit)
·
Kulit keriput, jaringan
lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pants)
·
Perut cekung
·
Iga gambang (tulang rusuk menonjol).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein
dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein
tinggi. Meski
penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan
makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrien lain serta konsumsi daerah
setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di
berbagai negara.
Gejala Klinis kwashiorkor, antara lain :
·
Edema (pada kedua punggung kaki,
bisa seluruh tubuh), dan bila ditekan lama kembali
·
Rambut tipis, warna rambut
jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
·
Kelainan kulit (dermatosis) dan pembesaran hati
·
Wajah membulat dan sembab
·
Pandangan mata sayu, apatis dan rewel
·
Sering disertai penyakit infeksi akut, diare,
ISPA dll
·
Otot mengecil (hipotrofi).
c. Marasmus-Kwashiorkor
Marasmus-kwashiorkor pada
dasarnya adalah campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor, ciri khas
yang dapat terlihat secara klinis yakni :
·
Beberapa gejala klinik
marasmus, terlihat sangat buruk dalam hal berat badan
(BB/U) dan bila dikonfirmasi dengan BB/TB dikategorikan sangat kurus.
·
Kwashiorkor secara klinis
terlihat disertai edema yang tidak mencolok pada kedua punggung kaki
Anak-anak gizi buruk dengan
tanda-tanda klinis ini dapat di deteksi kekurangan
energi proteinnya melalui :
a.
Penimbangan bulanan di
Posyandu termasuk upaya-upaya kejar timbangnya
b. Surveilens
gizi/KLB gizi
c. Manajemen
Terpadu Balita Sakit dan Poliklinik
KIA/tumbuh kembang.
2. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)
Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang
ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus – menerus
dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan manusia (DepKes
RI, 1996). Makin banyak
tingkat kekurangan iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan
yang ditimbulkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai
stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan
et al, 1988), pertumbuhan yang tidak normal, keterlambatan perkembangan
jiwa, dan tingkat kecerdasan yang
rendah.
Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah ini lebih
banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya
sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang
tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar iodium rendah.
Masalah Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah yang serius mengingat
dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas
manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak
defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS), ibu hamil, anak balita dan
anak usia sekolah (Jalal, 1998).
Menurut Djokomoeldjanto
(1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis
suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah
pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok
sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan
Kapur Selatan.
Daerah yang
biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai
penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah
yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang
lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau
daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997). Wanita hamil
didaerah endemik
GAKI akan mengalami
berbagai gangguan kehamilan antara lain, abortus, bayi
lahir mati, dan hipothyroid pada neonatal.
3. AGB (Anemia Gizi Besi)
Sekitar 47% dari 25
juta anak balita dan 26,5% dari sekitar 80 juta anak usia sekolah dan remaja di
Indonesia mengalami anemia gizi besi (kurang darah), kata Direktur Gizi
Masyarakat Depkes, dr Rachmi Untoro MPH. "Secara klinis anemia gizi besi
ditandai gejala '5L' yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai," katanya
pada Seminar Dampak Anemia Gizi Besi terhadap Kecerdasan Anak, di Jakarta,
Kamis (04/08).
Anemia gizi pada
balita dan anak akan berdampak pada peningkatan kesakitan dan kematian,
perkembangan otak, fisik, motorik, mental dan kecerdasan juga terhambat, daya
tangkap belajar menurun dan interaksi sosial berkurang.
AGB bisa diderita
siapa saja, namun ada masa rentan AGB. Diantaranya pada masa kehamilan,
balita, remaja, masa dewasa muda dan lansia. Pada ibu hamil, prevalensi anemia
defisiensi berkisar 45-55%, artinya satu dari dua ibu hamil menderita AGB. Ibu
hamil rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan tidak
sebanding dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat hamil, ditambah
dengan penambahan volume darah yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat
harus kehilangan darah setiap bulan akibat menstruasi, karenanya wanita lebih
tinggi risikonya terkena AGB dibandingkan pria. Anak anak dan remaja juga usia
rawan AGB karena kebutuhan zat besi cukup tinggi diperluka semasa pertumbuhan.
Jika asupan zat besinya kurang maka risiko AGB menjadi sangat besar. Penyakit
kronis seperti radang saluran cerna, kanker, ginjal dan jantung dapat menggangu
penyerapan dan distribusi zat besi di dalam tubuh yang dapat menyebabkan AGB.
Menurut
Soedjatmiko, anak yang sejak balita mengalami anemia ini tak bisa diobati lagi.
Sedangkan bagi anak yang terkena pada usia sekolah, masih bisa diobati dengan
memberikan suplemen zat besi. Prinsipnya, harus ada perubahan pola makan yang sehat.
4. Kekurangan Vitamin A (KVA)
Kekurangan Vitamin A (KVA) masih
merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama negara berkembang dan
dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan (balita).
Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan
epitelisme sel-sel kulit. Anak
yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit
infeksi lain, penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan
kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi
dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih
tinggi untuk menderita KVA, karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik. Rendahnya
konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan
memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI.
Kekurangan vitamin
A untuk jangka waktu lama juga akan mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata,
dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
Kekurangan vitamin A juga menyebabkan
lapisan sel yang menutupi paru-paru tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah
dimasuki mikroorganisme, bakteri, dan virus yang dapat menyebabkan infeksi.
Jika hal ini terjadi pada permukaan dinding usus halus, akan menyebabkan diare.
Vitamin A dapat
diperoleh dari ASI atau makanan yang berasal dari hewan, sayuran
hijau serta buah. Dalam
keadaan darurat, dimana makanan sumber alami menjadi sangat terbatas,
suplementasi kapsul vitamin A menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit.
Masalah kurang vitamin A subklinis
(kadar vitamin A dalam serum <20 ug/dl) dibeberapa propinsi masih cukup
memprihatinkan, karena 50% balita
masih mempunyai status vitamin A rendah. Kurang vitamin A akan mengakibatkan
penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang berpengaruh pada kelangsungan
hidup anak. 9,8 persen balita Indonesia masih kekurangan vitamin A. Program
penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995
dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah
kebutaan karena kurang Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Pemberian kapsul Vitamin A menunjang penurunan angka kesakitan dan angka
kematian anak (30-50%). maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin
A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan
pertumbuhan anak.
D. Dampak yang
Ditimbulkan Akibat Gizi Kurang
Gizi kurang menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi,
menyebabkann banyak penyakit kronis, dan menyebabkan orang tidak mungkin
melakukan kerja keras. Seseorang kekurangan zat gizi akan
mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa dkk,2002).
Bila
ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada
ibu maupun janin. Gizi
kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara
lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan
terkena penyakit infeksi.
Pengaruh
gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan,
serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Kekurangan gizi pada ibu
hamil juga dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran,
abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR). Ibu hamil yang juga menderita Kurang Energi
Protein akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, dan
juga meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang
zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang
dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak. Secara umum gizi kurang pada bayi,
balita dan ibu hamil dapat menciptakan generasi yang secara fisik dan mental
lemah.
Secara umum dampak gizi kurang
antara lain, pertumbuhan anak menjadi terganggu, produksi tenaga (energi) kurang sehingga
mempengaruhi aktivitas, pertahanan tubuh menurun dan terganggunya fungsi
otak sehingga, dapat menciptakan generasi dan SDM yang kurang berkualitas.
E. Cara Mencegah dan
Menanggulangi Masalah Gizi Kurang
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi kurang antara lain, sebagai berikut :
1. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan memperhatikan pola
makan yang teratur dengan gizi seimbang.
2.
Gizi yang baik
diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa
pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
3. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI)
sampai anak berumur 6 bulan. Setelah
itu, anak mulai
dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur.
4.
Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan
mengikuti program posyandu untuk mengetahui apakah pertumbuhan
anak sesuai dengan standar pada KMS. Sehingga, jika tidak
sesuai atau ditemukan adanya gejala gizi kurang maka hal tersebut dapat segera
diatasi.
5.
Meningkatkan
pengetahuan masyarakat terutama orang
tua tentang gizi melalui penyuluhan
kepada masyarakat luas terutama di daerah pedesaan dan di daerah terpencil. Sebab, menurut Samuel, dibutuhkan
peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemberian makanan bergizi
yang seimbang sejak bayi dan komposisi makanan seperti apa yang dibutuhkan oleh
anak mereka. Memberikan makanan yang tepat dan
seimbang kepada anak yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, mineral dan
vitamin. Lemak minimal diberikan 10 % dari total kalori yang dibutuhkan,
sementara protein diberikan 12 % dari total kalori. Sisanya adalah karbohidrat. “Kuantitas makanan yang
dikonsumsi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena masing-masing anak
memiliki kebutuhan gizi yang berbeda tergantung usia, gender dan aktivitas.”
6.
Diperlukan peranan baik dari
keluarga, praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan
kualitas posyandu dan pelayanan kesehatan lainnya,
jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki
dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian makanan tambahan, serta meningkatkan
kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak terganggu.
7.
Menggerakan dan
memberdayakan masyarakat
untuk hidup sehat dengan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan
informasi kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses
tumbuh kembang seseorang, sehingga pemenuhan kebutuhan gizi secara adekuat
turut menentukan kualitas tumbuh kembang sebagai sumber manusia di masa datang.
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan
zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal
yang berhubungan dengan kehidupan. Adapun
penyebab dari terjadinya gizi kurang adalah karena faktor sosial, kemiskinan,
laju pertambahan penduduk, infeksi, dan masih banyak lagi faktor-faktor lainnya, baik yang mempengaruhi
secara langsung maupun tidak langsung.
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa masalah gizi merupakan hal yang komplek di Indonesia. Sampai
saat ini ada empat
masalah gizi utama di Indonesia, yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Anemia
Gizi Besi (AGB), dan Kurang Vitamin A (KVA). Banyak faktor yang mempengaruhi asupan gizi
masyarakat tersebut. Dari hari ke hari angka dari masalah-masalah di atas terus
meningkat, yang secara otomatis juga meningkatkan angka kematian penduduk. Dampak dari gizi kurang
sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang secara keseluruhan seperti, gangguan fisik,
mental dan kecerdasannya. Adapun untuk mencegah gizi kurang adalah dengan PHBS dan peningkatan
konsumsi gizi yang cukup dan seimbang,
penyuluhan, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gizi, dll. Jadi, secara keseluruhan upaya pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi kurang yaitu berupa peran serta pemerintah, petugas
kesehatan dan seluruh masyarakat.
B. Saran
Sebaiknya, untuk mengurangi tingginya masalah-masalah gizi kurang di atas, pemerintah mengadakan
program yang lebih efektif dan berkesinambungan
seperti, meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat
lahir rendah, meningkatkan program gizi berbasis masyarakat, dan memperbaiki sektor lain yang terkait erat dengan gizi (air, sanitasi, perlindungan,
pemberdayaan masyarakat dan isu gender), sehingga sedikit demi sedikit
angka-angka akibat masalah gizi di atas dapat dikurangi.
Perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai
gizi kurang dan akibat terparahnya yaitu gizi buruk serta, tindak lanjut terhadap faktor-faktor penyebabnya. Sehingga, disini dibutuhkan peran penting dukungan
sosial. Dukungan sosial dibutuhkan
karena masalah gizi kurang
disebabkan oleh banyak factor,
baik itu faktor internal maupun eksternal. Agar upaya pembinaan suasana dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan gizi buruk berhasil dengan baik maka kemitraan dan advokasi kesehatan
juga perlu dilakukan, sehingga pemberdayaan
masyarakat dalam upaya perbaikan gizi juga dapat berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Kristiyanasari, Weni.2010.Gizi Ibu Hamil.Nuha Medika :
Yogyakarta
http://darkcurez.blogspot.com/2010/11/makalah-nutrisi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar