Senin, 29 Juni 2015

Promkes (Masalah Gizi Kurang)



MASALAH GIZI KURANG



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah  SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
 Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Masalah Gizi Kurang”, yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber. 
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Gizi yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga penyusun  ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini
 Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman-teman  atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna..
Semoga  makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
            Wassalamualaikum Wr. Wb.         

Sengkang, Juni 2014



                                                                                                                 
     Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
            A. Pengertian Gizi Kurang........................................................................................... 3
            B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Gizi Kurang.................................................. 3
            C. Masalah Gizi Kurang yang Banyak Terjadi di Indonesia................................... 5
            D. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Gizi Kurang .................................................. 13
E.   Cara Mencegah dan Menanggulangi Masalah Gizi Kurang........................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................ 16
B. Saran........................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. iii



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Salah satu masalah pokok kesehatan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah masalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh gizi kurang. Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, separuh dari total rumah tangga mengonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap berbagai masalah kurang gizi.
Menurut Depkes RI (2006) masalah kurang gizi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan dapat menjadi penyebab kematian terutama pada kelompok resiko tinggi (bayi dan balita). Menurut Alan Berg (1986), gizi yang kurang mengakibatkan terpengaruhnya perkembangan mental, perkembangan jasmani, dan produktifitas manusia karena semua itu mempengaruhi potensi ekonomi manusia. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Walaupun telah banyak dilakukan penyuluhan tentang masalah kurang gizi namun masih banyak masyarakat yang mengalami masalah-masalah gizi. Oleh karena itu, penyusun berusaha mencari tahu berbagai hal tentang masalah gizi kurang di Indonesia sebagaimana apa yang akan dibahas dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian gizi kurang?
2.    Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya gizi kurang?
3.    Apa saja masalah gizi kurang yang banyak terjadi di Indonesia?
4.    Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat gizi kurang?
5.    Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi masalah gizi kurang?
C.     Tujuan
1.     Untuk mengetahui pengertian gizi kurang.
2.     Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya gizi kurang.
3.     Untuk mengetahui masalah gizi kurang yang banyak terjadi di Indonesia.
4.     Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat gizi kurang.
5.     Untuk mengetahui cara mencegah dan menanggulangi masalah gizi kurang.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Gizi Kurang
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang menggambarkan kurangnya makanan yang dibutuhkan untuk memenuhi standar gizi.
Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau di dalam tubuh (Almatsier, 2005). Gizi kurang juga berarti, suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalami kekurangan nutrisi penting tertentu, gagal untuk memenuhi tuntutan tubuh yang menyebabkan efek pada pertumbuhan, kesehatan fisik, suasana hati, perilaku dan fungsi-fungsi lain dari tubuh. Dengan demikian menjadi kekurangan gizi tidak selalu berarti bahwa orang kekurangan berat badan.
Masalah gizi kurang ini banyak dialami anak-anak sejak masih dalam kandungan dan fatalnya, masalah tersebut kadang sangat sulit diatasi bahkan, tidak dapat diperbaiki ketika anak menjelang dewasa. Golongan masyarakat yang rentan terhadap gizi kurang adalah balita, ibu hamil dan menyusui.
B.   Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Gizi Kurang
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gizi kurang, antara lain :
1.    Pola makan atau asupan gizi yang kurang dan pola hidup masyarakat.
2.    Faktor sosial budaya
Yang dimaksud disini adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Sehingga, banyak balita yang diberi makan "sekadarnya" atau asal kenyang padahal miskin gizi. Masalah lainnya juga berupa pantangan untuk menggunakan makanan tertentu yang mungkin memiliki nilai gizi tinggi namun, tidak dikonsumsi karena sudah merupakan tradisi yang turun-temurun sehingga, dapat mempengaruhi terjadinya gizi kurang.
3.    Faktor pendidikan
Kurang adanya pengetahuan tentang pentingnya gizi dikalangan masyarakat yang pendidikannya relatif rendah seperti, pengetahuan orang tua tentang pentingnya asupan makanan yang cukup nutrisi.
4.    Faktor ekonomi dan kepadatan penduduk
Kemiskinan keluarga dan penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi. Rendahnya pendapatan masyarakat dan laju pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya
ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun
bisa menjadi penyebab terjadinya gizi kurang.
5.    Faktor infeksi dan penyakit lain
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi yang berpengaruh pada tubuh. Faktor penyakit lain juga berpengaruh seperti, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
6.    Sanitasi Lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik dan sehat dapat memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan,dan infeksi saluran pencernaan.  Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi.
7.    Pola pengasuhan anak, berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal  memberikan makan, merawat, kebersihan memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik dan mental), status gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan dan sebagainya dari si ibu dan pengasuh lainnya.
8.    Bencana alam, perang, kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat. Banjir, tanah longsor, tsunami, letusan gunung berapi dan bencana alam lain akan menghambat pemenuhan gizi di Indonesia. Bencana alam berpotensi menghalang proses distribusi bahan makanan sehingga bahan pangan yang ada tidak terdistribusi dengan baik.
9.    Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Berbagai kesulitan air bersih dan akses sarana pelayanan kesehatan menyebabkan kurangnya jaminan bagi keluarga. Pokok masalah gizi di masyarakat yaitu kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat ditanggulangi dengan adanya berbagai kegiatan yang ada di masyarakat seperti posyandu, pos kesehatan,dll
C.   Masalah Gizi Kurang yang Banyak Terjadi di Indonesia
Situasi global, untuk kejadian luar biasa, tingginya harga makanan akan meningkatkan jumlah anak yang kekurangan gizi terutama di wilayah WHO yang melaporkan penemuan kasus kekurangan gizi. Populasi di dunia 2008 yang diperkirakan beresiko terhadap kurang gizi mencapai 44.967 juta orang yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan, yang merupakan penyebab utama kematian (WHO, 2008).
Sedangkan di Indonesia, data susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang selalu menunjukkan peningkatan yaitu dari 12,66 % (2001), 14,28 % dan 14,33 % (2004) (Dinkes RI, 2004). Contoh masalah gizi kurang yang banyak terjadi di Indonesia, antara lain :
1.    KEP (Kekurangan Energi Protein) / PEM (Protein Energi Malnutrition)
Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Menurut Supariasa (2000) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.
Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2003). Penyebab langsung dari KEP adalah kekurangan kalori protein. (Sediaoetomo, 1999), masukan makanan yang kurang dan penyakit atau kelainan yang diderita anak, misalnya penyakit infeksi, malabsorbsi dan lain-lain. Penyebab tak langsung dari KEP sangat banyak, sehingga disebut juga sebagai penyakit dengan kausa multifaktorial (Sediaoetomo, 1999). Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada keadaan penyakit hati kronik (Nelson, 1999).
Bentuk Kurang Energi Protein (KEP) pada dewasa dibagi dalam  dua bentuk  yaitu Undernutrition (kurang zat gizi) dan Starvation (kelaparan) sedangkan, pada anak-anak  dalam bentuk PEM (Protein Energi Malnutrition) menurut Jelliffe  mencakup seluruh kelompok umur anak, dikelompokkan menjadi : PEM ringan, PEM sedang dan PEM berat yang terdiri dari marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.
Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui. KEP pada derajat ringan dan sedang hanya menunjukkan gejala-gejala gizi kurang seperti, pertumbuhan dan berat badan kurang, kondisi badan yang tampak kurus, ukuran lingkar lengan menurun, aktivitas dan perhatian kurang namun, tidak banyak ditemukan kelainan seperti, kelainan kulit dan rambut. Sedangkan, KEP pada derajat berat (gizi buruk) yang dibedakan menjadi tiga tipe yaitu kwashiorkor, marasmus dan marasmus-kwashiorkor terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas.
a.    Marasmus
Marasmus adalah kekurangan energi (kalori) pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Gejala Klinis marasmus, antara lain :
·         Wajah seperti orang tua
·         Cengeng dan Rewel
·         Mata tidak bercahaya
·         Sering disertai penyakit  infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)
·         Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)
·         Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pants)
·         Perut cekung
·         Iga gambang (tulang rusuk menonjol).

b.    Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrien lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Gejala Klinis kwashiorkor, antara lain :
·         Edema (pada kedua punggung kaki,  bisa seluruh tubuh), dan bila ditekan lama kembali
·         Rambut tipis, warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
·         Kelainan kulit (dermatosis) dan pembesaran hati
·         Wajah membulat dan sembab
·         Pandangan mata sayu, apatis dan rewel
·         Sering disertai penyakit infeksi akut,  diare, ISPA dll
·         Otot mengecil (hipotrofi).

c.    Marasmus-Kwashiorkor

Marasmus-kwashiorkor pada dasarnya adalah campuran dari  gejala marasmus dan kwashiorkor, ciri khas yang dapat terlihat secara klinis yakni :
·         Beberapa gejala klinik marasmus,  terlihat sangat buruk dalam hal berat badan (BB/U)  dan bila dikonfirmasi dengan BB/TB dikategorikan sangat kurus.
·         Kwashiorkor secara klinis terlihat disertai edema yang  tidak mencolok pada kedua punggung kaki
Anak-anak gizi buruk dengan tanda-tanda klinis ini dapat di deteksi kekurangan energi proteinnya  melalui :
a.    Penimbangan bulanan di Posyandu termasuk upaya-upaya kejar timbangnya
b.    Surveilens gizi/KLB gizi
c.    Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Poliklinik KIA/tumbuh kembang.
2.    GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan  gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus – menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan manusia (DepKes RI, 1996).  Makin banyak tingkat kekurangan iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbulkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium  sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan et al, 1988), pertumbuhan yang tidak normal, keterlambatan perkembangan jiwa, dan tingkat kecerdasan yang rendah.
Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah ini lebih banyak  terjadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar iodium rendah.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium  (GAKI) merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung  mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia.  Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS), ibu hamil, anak balita dan anak usia sekolah (Jalal, 1998).
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis  suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai  makanannya dari daerah lain sebagai  penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya.  Dalam jangka waktu yang lama namun pasti  daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).   Wanita hamil didaerah endemik GAKI akan mengalami berbagai  gangguan kehamilan antara lain,  abortus, bayi lahir mati,  dan hipothyroid pada neonatal.
3.    AGB (Anemia Gizi Besi)
Sekitar 47% dari 25 juta anak balita dan 26,5% dari sekitar 80 juta anak usia sekolah dan remaja di Indonesia mengalami anemia gizi besi (kurang darah), kata Direktur Gizi Masyarakat Depkes, dr Rachmi Untoro MPH. "Secara klinis anemia gizi besi ditandai gejala '5L' yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai," katanya pada Seminar Dampak Anemia Gizi Besi terhadap Kecerdasan Anak, di Jakarta, Kamis (04/08).
Anemia gizi pada balita dan anak akan berdampak pada peningkatan kesakitan dan kematian, perkembangan otak, fisik, motorik, mental dan kecerdasan juga terhambat, daya tangkap belajar menurun dan interaksi sosial berkurang.
AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan AGB. Diantaranya pada masa kehamilan, balita, remaja, masa dewasa muda dan lansia. Pada ibu hamil, prevalensi anemia defisiensi berkisar 45-55%, artinya satu dari dua ibu hamil menderita AGB. Ibu hamil rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan tidak sebanding dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat hamil, ditambah dengan penambahan volume darah yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat harus kehilangan darah setiap bulan akibat menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi risikonya terkena AGB dibandingkan pria. Anak anak dan remaja juga usia rawan AGB karena kebutuhan zat besi cukup tinggi diperluka semasa pertumbuhan. Jika asupan zat besinya kurang maka risiko AGB menjadi sangat besar. Penyakit kronis seperti radang saluran cerna, kanker, ginjal dan jantung dapat menggangu penyerapan dan distribusi zat besi di dalam tubuh yang dapat menyebabkan AGB.
Menurut Soedjatmiko, anak yang sejak balita mengalami anemia ini tak bisa diobati lagi. Sedangkan bagi anak yang terkena pada usia sekolah, masih bisa diobati dengan memberikan suplemen zat besi. Prinsipnya, harus ada perubahan pola makan yang sehat.
4.    Kekurangan Vitamin A (KVA)
Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan (balita). Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita KVA, karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik. Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI.
Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan lapisan sel yang menutupi paru-paru tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme, bakteri, dan virus yang dapat menyebabkan infeksi. Jika hal ini terjadi pada permukaan dinding usus halus, akan menyebabkan diare.
Vitamin A dapat diperoleh dari ASI atau makanan yang berasal dari hewan, sayuran hijau serta buah. Dalam keadaan darurat, dimana makanan sumber alami menjadi sangat terbatas, suplementasi kapsul vitamin A menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Masalah kurang vitamin A subklinis (kadar vitamin A dalam serum <20 ug/dl) dibeberapa propinsi masih cukup memprihatinkan, karena 50% balita masih mempunyai status vitamin A rendah. Kurang vitamin A akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang berpengaruh pada kelangsungan hidup anak. 9,8 persen balita Indonesia masih kekurangan vitamin A. Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995 dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah kebutaan karena kurang Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian kapsul Vitamin A menunjang penurunan angka kesakitan dan angka kematian anak (30-50%). maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak.
D.   Dampak yang Ditimbulkan Akibat Gizi Kurang
Gizi kurang menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, menyebabkann banyak penyakit kronis, dan menyebabkan orang tidak mungkin melakukan kerja keras. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa dkk,2002).
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun  janin. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi  cenderung meningkat. Kekurangan gizi pada ibu hamil juga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ibu hamil yang juga menderita Kurang Energi Protein akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, dan juga meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak. Secara umum gizi kurang pada bayi, balita dan ibu hamil dapat menciptakan generasi yang secara fisik dan mental lemah.
Secara umum dampak gizi kurang antara lain, pertumbuhan anak menjadi terganggu, produksi tenaga (energi) kurang sehingga mempengaruhi aktivitas, pertahanan tubuh menurun dan terganggunya fungsi otak sehingga, dapat menciptakan generasi dan SDM yang kurang berkualitas.
E.   Cara Mencegah dan Menanggulangi Masalah Gizi Kurang
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi kurang antara lain, sebagai berikut :
1.    Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan memperhatikan pola makan yang teratur dengan gizi seimbang.
2.    Gizi yang baik diperlukan  seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.  Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
3.    Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur.
4.    Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu untuk mengetahui apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar pada KMS. Sehingga, jika tidak sesuai atau ditemukan adanya gejala gizi kurang maka hal tersebut dapat segera diatasi.
5.    Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama orang tua tentang gizi melalui penyuluhan kepada masyarakat luas terutama di daerah pedesaan dan di daerah terpencil. Sebab, menurut Samuel, dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemberian makanan bergizi yang seimbang sejak bayi dan komposisi makanan seperti apa yang dibutuhkan oleh anak mereka. Memberikan makanan yang tepat dan seimbang kepada anak yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Lemak minimal diberikan 10 % dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein diberikan 12 % dari total kalori. Sisanya adalah karbohidrat. “Kuantitas makanan yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena masing-masing anak memiliki kebutuhan gizi yang berbeda tergantung usia, gender dan aktivitas.
6.    Diperlukan peranan baik dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas posyandu dan pelayanan kesehatan lainnya, jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian makanan tambahan, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak terganggu.
7.    Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
















BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh kembang seseorang, sehingga pemenuhan kebutuhan gizi secara adekuat turut menentukan kualitas tumbuh kembang sebagai sumber manusia di masa datang. Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Adapun penyebab dari terjadinya gizi kurang adalah karena faktor sosial, kemiskinan, laju pertambahan penduduk, infeksi, dan masih banyak lagi faktor-faktor lainnya, baik yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi merupakan hal yang komplek di Indonesia. Sampai saat ini ada empat masalah gizi utama di Indonesia, yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Anemia Gizi Besi (AGB), dan Kurang Vitamin A (KVA). Banyak faktor yang mempengaruhi asupan gizi masyarakat tersebut. Dari hari ke hari angka dari masalah-masalah di atas terus meningkat, yang secara otomatis juga meningkatkan angka kematian penduduk. Dampak dari gizi kurang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang secara keseluruhan seperti, gangguan fisik, mental dan kecerdasannya. Adapun untuk mencegah gizi kurang adalah dengan PHBS dan peningkatan konsumsi gizi yang cukup dan seimbang, penyuluhan, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gizi, dll. Jadi, secara keseluruhan upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi kurang yaitu berupa peran serta pemerintah, petugas kesehatan dan seluruh masyarakat.



B.   Saran
Sebaiknya, untuk mengurangi tingginya masalah-masalah gizi kurang di atas, pemerintah mengadakan program yang lebih efektif dan berkesinambungan seperti, meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat lahir rendah, meningkatkan program gizi berbasis masyarakat,  dan memperbaiki sektor lain yang terkait erat dengan gizi (air, sanitasi, perlindungan, pemberdayaan masyarakat dan isu gender), sehingga sedikit demi sedikit angka-angka akibat masalah gizi di atas dapat dikurangi.
Perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai gizi kurang dan akibat terparahnya yaitu gizi buruk serta, tindak lanjut terhadap faktor-faktor penyebabnya. Sehingga, disini dibutuhkan peran penting dukungan sosial. Dukungan sosial dibutuhkan karena masalah gizi kurang disebabkan oleh banyak factor, baik itu faktor internal maupun eksternal. Agar upaya pembinaan suasana dalam upaya pencegahan dan penanggulangan gizi buruk berhasil dengan baik maka kemitraan dan advokasi kesehatan juga perlu dilakukan, sehingga pemberdayaan masyarakat dalam upaya perbaikan gizi juga dapat berjalan dengan baik



DAFTAR PUSTAKA

Kristiyanasari, Weni.2010.Gizi Ibu Hamil.Nuha Medika : Yogyakarta
http://darkcurez.blogspot.com/2010/11/makalah-nutrisi.html










Tidak ada komentar:

Posting Komentar